Kamis, 07 Juli 2011

Hanya masalah pilihan kesatu atau keseratus satu..

Dapet  tag-an notes  dari  Anggraita lagi haha, biar rame mending ane post aja yak :D
cekidot:

Seseorang yang bijak selalu meyakini kalimat: Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka, meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu.

                    Teman, sebelum membahas kalimat hebat tersebut mari kita belajar statistik sebentar. Tidak rumit, yang simpel2 saja. Karena toh saya juga bukan ahli statistik dan terus-terang saja membenci pelajaran tersebut. Dengan melihat angka2, semoga otak kita yang selama ini terlatih rasional dan sistematis lebih mudah mencerna indahnya penjelasan perasaan.

                       Dengan demikian semoga menggugah untuk menyadari kalau cinta memiliki bentuk dan wajah yang mungkin berbeda sekali dari yg kita tonton di layar-layar selama ini, mungkin berbeda dari yang kita dengar dari kisah-kisah indah, kita baca dari buku-buku mengharukan, atau kita saksikan sendiri dari orang-orang sekitar kita. Ada lebih 6 milliar penduduk bumi saat ini. Bayangkan angka sebesar itu.
                       Dari sedemikian banyaknya, katakanlah ada separuh yang sudah beranjak dewasa dan mengerti tentang perasaan, itu berarti sekitar 3 milliar orang. Bayangkan dari 3 milliar itu, sekali dalam hidupnya, mereka pernah merasakan cinta (tidak usahlah kita hitung yang berkali-kali jatuh cinta); maka jika kita kalkulasi sederhana saja, maka setiap detik, setidaknya lebih dari 10.000 orang tiba-tba merasakan cinta. EWOW….


                      Bayangkan lagi lebih spesifik, jika dari sekian banyak orang tersebut menyatakan cintanya, mengungkapkan perasaanya, maka setiap detik tidak kurang 1.000 orang akan bilang "I Love You" kepada pasangannya di seluruh dunia. SETIAP DETIK…. Maka jika kuping kaliang bisa mendengar semua suara dari penjuru dunia, setiap detik akan ada ribuan orang berbisik tentang itu. Di sini, digemerlap kota Jakarta, di padang rumput Mongolia, di stepa Afrika Barat yang penuh gajah-gajah, di gurun salju Serbia, kemilau pencakar langit Tokyo, musim gugur di Nevada, kota Sao Paolo yang berkabut, dan seterusnya…. Setiap detik, pagi, siang, sore, malam, orang-orang sibuk bilang "aku cinta padamu". Ada yang amat pede langsung bilang, ada yang bawa bunga segala, ada yang terbata, ada yang mencicit, ada yang berkeringat, atau ada yang pakai surat, memainkan gitar segala….

                   Dan angka itu semakin fantastis jika kita jumlahkan manusia dari jaman batu. 6 milliar itu jumlah penduduk sekarang yang masih hidup, bagaimana dengan yang sudah mati puluhan tahun silam, ratusan tahun silam, jumlahnya bisa belasan milliar… mereka semua adalah saksi2 bersejarah atas kehidupan cinta masing-masing. Mereka adalah pelaku atas kehidupan cinta masing-masing. Menyatakan perasaan, sekali-dua kali. Menikah, sekali-dua kali (malah ada raja yang memiliki selir tiga ribu).

                Di Indonesia, setidaknya setiap detik akan ada 12 pernikahan yang terjadi. Di Jakarta ini sendiri, setidaknya setiap satu menit ada 5 ucap-janji-setia pernikahan di depan penghulu atau pendeta…. Bukan main. Lantas jika dunia ini begitu sesak atas kejadian2 cinta tersebut, begitu riuh-rendah dengan peristiwa tersebut, di manakah letak hebatnya "cinta sejati" kita? Letak keistimewaan perjalanan perasaan dan cinta kita? Bukankah semua mengalaminya? Bukankah semua melaluinya? Kalau semua mengalaminya, lantas kenapa pula kita selalu sibuk membahas tentang cinta? Ah, tidakkah kita berhak atas peristiwa cinta yang mengharu biru seperti film2 India? Membuat penonton berurai air-mata? Lantas penontonnya berbisik, amat cemburu dengan jalan cerita yang hebat tersebut? Tidakkah kita berhak atas rumit, kompleks, susah dimengerti dari kata cinta?

                      Jangan-jangan, cinta memang sesederhana itu? Jangan-jangan cinta memang "kehidupan keseharian kita?" Jadi buat apa kita gundah-gulana dengan sesuatu? Diselimuti oleh perasaan mencari-dan-mencari? Toh kita juga nggak ngerti amat apa yang kita cari? Membandingkan satu dengan yang lain. Membuat kriteria-kriteria (padahal kita sungguh tidak tahu apa cinta memiliki kriteria?). Jangan-jangan, cinta persis seperti yang diceritakan orang-tua kita dulu, persis seperti kebiasaan yang mereka lakukan dulu. Menikah dengan seseorang yg belum benar dikenal (hanya karena perjodohan), lantas bersama-sama menumbuhkan perasaan itu.

                       Cinta tumbuh oleh kebersamaan…. Kesedihan, rasa sendiri, sakit-hati, kepergian, ditinggalkan, harapan, mimpi-mimpi, kerinduan, pencarian, pertengkaran, hingga patah-hati tentu saja merupakan keniscayaan ketika kita melibatkan perasaan dalam hidup ini, tapi hingga kapan kita tahu semua ada akhirnya, mengerti semua memang sesederhana itu….

               Teman, jika kalian saat ini memiliki seseorang yang kalian cintai, dan sebaliknya ia mencintai kalian, bersyukurlah. Jadikanlah ia pilihan yang terbaik meski dengan segala keterbatasannya. Terimalah posisinya dengan indah. Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Boleh jadi meski ia pilihan kesekian dari hidup kalian, ternyata kalian adalah pilihan pertama dalam hidupnya…. Isilah kebersamaan dengan pemahaman jangan-jangan cinta itu memang sederhana. Dengan demikian boleh jadi akan membuat jalan cerita kalian lebih bermakna dibandingkan pasangan lainnya yang merasa satu-sama-lain pilihan pertama dalam hidupnya.

             Jika kalian tiba2 ingin putus (dengan alasan yang masuk akal hinga mengada-ada)? Well, itu jelas2 berarti ia memang bukan pilihan pertama kalian. Tp yakinlah, jika putus karena kalian merasa ada yang lebih cantik, lebih ganteng fisiknya, lebih asyik di ajak ngomong, dan seterusnya, dan seterusnya, kalian sungguh tejebak oleh "rangking cinta", tak lebih dari seseorang yang suka mengamati tangga-lagu MTV-100. Dan kalian, meski mendapatkan pilihan pertama sekaligus terbaik sepanjang masa sekalipun, tetap saja akan merasa kurang? Begitulah hidup orang2 yg terjebak oleh preferensi lebih.

             Jika kalian saat ini dalam posisi sedang menyukai seseorang, bingung bagaimana mengatakannya, maka carilah cara terbaik. Lakukan dengan sederhana. Bukankah semua orang, milliaran pernah mengalaminya?

            Kesederhanaan sebuah perhatian, selalu menjadi pemicu penting untuk membuat orang lain jatuh-hati. Tapi ya, sedikit terlihat rapi, terlihat bersih, gagah dan membanggakan juga perlulah. Semoga seseorang itu akan menjadi pilihan pertama kalian (dan biasanya kalian ngotot itu tentu saja piliha pertama kalian saat ini). Andaikata ditolak, semoga kalian masih nyaman dengan pilihan kedua-ketiga dan seterusnya (ada ratusan juta orang di dunia ini yang pernah ditolak cinta, bung! jadi biasa sajalah)….

            Tidak semua orang di dunia ini mendapatkan pilihan pertamanya. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka, meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu.Sejatinya kalimat bijak itu bukan tentang urutan-urutan, tentang nomor-nomor, tentang perbandingan-perbandingan. Sejatinya kalimat bijak itu tentang: Kita semua berkesempatan menjadikan pilihan kita selalu menjadi "pilihan yang pertama". Hanya masalahnya kita mau atau tidak. Kita bersedia atau tidak. Itu saja...

maap kalo repost gan.. minta cendol dong :shakehand:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar