beberapa hari lalu dapet kiriman tausiyah dari sebuah grup, kayaknya enak aja gitu kalo diposting di blog ini. selain bisa buat renungan, blog ini udah lama usang ga diisi lagi :)
selamat menangis :')
Seorang
pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dia cek
adalah inbox. Hari ini terlihat sesuatu yang tidak dia perdulikan selama ini. Bagian
‘OTHER’ di inboxnya. Ada dua pesan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua, dia membukanya.
Ternyata pesan 3 bulan yang lalu.
Dia
baca isinya:
“Salam.
Ini kali pertama abah mencoba menggunakan facebook. Abah coba tambah kamu
sebagai teman tapi tidak bisa. Abah juga tidak terlalu paham benda ini. Abah
coba kirim pesan ini kepada kamu. Maaf, abah tidak pandai mengetik. Ini pun
kawan abah yang mengajarkan. Ingatkah saat pertama kali kamu punya HP? Saat itu
kamu kelas 4 MI. Abah kasian semua anak-anak sekarang punya HP. Jadi, abah
hadiahkan pada kamu satu. Dengan harapan kamu akan telpon abah kalau kamu mau
cerita tentang masalah asrama, sekolah atau apa-apa saja. Tapi, kamu hanya
telpon abah seminggu sekali. Tanya tentang uang makan dan jajan. Abah berpikir
juga, isi ulang pulsa 100 ribu tapi telpon abah tidak sampai 5 menit. Sudah
habiskah pulsanya? Saat kamu kecil dulu, abah masih ingat pertama kali kamu bisa
ngomong. Kamu asyik panggil, ‘Abah, abah, abah’. Abah bahagia sekali anak
lelaki abah panggil abah. Panggil Umi. Abah senang bisa berbicara dengan kamu
walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang abah ucapkan di umur
kamu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Abah dan Umi bicara dengan kamu banyak sekali.
Kamulah penghibur kami di saat kami berduka. Walaupun hanya dengan gelak
tawamu. Saat kamu masuk MI. Abah ingat kamu selalu bercerita dengan abah ketika
membonceng motor dengan abah setiap pergi dan pulang sekolah. Banyak yang kamu
ceritakan pada abah. Tentang ibu guru, sekolah, teman-teman. Abah jadi makin bersemangat
bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali.
Menyenangkan. Ayah mana yang tidak gembira kalau anaknya suka ke sekolah untuk belajar.
Ketika
kamu masuk MTs. Kamu mulai punya kawan-kawan baru. Kamu pulang dari sekolah,
kamu langsung masuk kamar. Kamu keluar pas waktu makan saja. Kamu keluar rumah dengan
kawan-kawanmu. Kamu mulai jarang bercerita dengan abah. Kamu pandai. Akhirnya
masuk asrama di Aliyah. Di asrama, jarak antara kita makin jauh. Kamu mencari
kami saat perlu. Kamu biarkan kami saat tidak perlu. Abah tahu, naluri remaja. Abah
pun pernah muda. Akhirnya, abah tahu kalau ternyata kamu menyukai seorang
gadis. Ketika masuk kuliah, sikap kamu sama saja dengan ketika di Aliyah.
Jarang hubungi kami. Sewaktu pulang liburan, kamu sibuk dengan HP kamu, dengan
laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu. Abah bertanya-tanya
sendiri dalam hati. Adakah kawan
istimewa
itu lebih penting dari Abah dan Umi? Adakah Abah dan Umi cuma diperlukan saat
kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu
saja? Akhirnya, kamu jarang berbicara dengan abah lagi. Kalau pun bicara,
dengan jari-jemari. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak
bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah
kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, kamu tidak pulang liburan lagi. Malam
ini, abah sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit
masa lalu. Cuma abah sudah terlalu tua. Abah sudah di penghujung usia 60 an. Kekuatan
abah tidak sekuat dulu lagi. Abah tidak minta banyak… Kadang-kadang, abah cuma
mau kamu berada di sisi abah. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang
terpendam dalam hati kamu. Menangis pada abah. Mengadu pada abah. Bercerita
pada abah seperti saat kamu keci dulu. Apapun. Maafkan abah atas curhat abah
ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. Mungkin kamu tidak punya waktu
berbicara dengan abah. Namun, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara
dengan Allah. Jangan letakkan cinta di hati pada
seseorng
melebihi cinta kepada Allah. Mungkin kamu mengabaikan abah. Namun jangan
kamu mengabaikan Allah.
Maafkan
abah atas segalanya.”
Pemuda
meneteskan air mata. Dalam hati perih tidak terkira Bagaimana tidak, tulisan ayahandanya
itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.
huoooohhh :'O
BalasHapusDini Mantan Preman Pasar :v
Hapussuper sekali kaka oshi
BalasHapussuper syekali bapak hadisimilikitiii~
Hapus